Minggu, 26 Juni 2011

Sekilas Kisah Imam Bukhari

Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ja'fi Al Bukhari -rahimahullah- . Lahir pada bulan Syawwal tahun 194 H.

Guru-guru Beliau
Beliau banyak melakukan perjalanan dalam mencari hadits (ilmu) ke seluruh penjuru dunia. Beliau belajar hadits di Khurasan, Al Jibal, Iraq, Hijaz, Syam, Mesir dan lainnya. Diantara guru-gurunya adalah : Makki bin Ibrahim, Abdan bin Utsaman Al Muruzi, Abu 'Ashim Asy Syaibani, Muhammad bin Abdulloh AlAnshori, Muhammad bin Yusuf, Abu Walid Ath Thayalisi, ABdulloh bin Maslamah Al Qa'nabi, Abu Bakar Al Humaidi, Abdullah bin Yusuf, Abul Yaman,Ismail bin abu uwais, Muhammad bin Katsir, Khalid Al Mukhalid, Ali Ibnu Al Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in dan masih banyak lagi -rahimakumullah-
Beliau sering pergi ke baghdad dan mengajarkan hadits disana.

Ibadah dan Muamalah Beliau
Bakar Abu Said berkata," Ada seseorang yang membawakan barang dagangan kepada Muhammad bin Ismail (Al Bukhori), dan setelah Isya' berkumpullah beberapa pedagang untuk mengambil dagangan tersebut dengan memberi untuk 5000 dirham. Beliau menyetujui dan berkata kepada merka," Pulanglah kalian malam ini," Pagi harinya datang para pedagang lain yang ingin mengambil dagangan tersbut dengan memberikan keuntungan 10000 dirham, namun beliau menolaknya dan berkata,"Saya sudah meniatkan untuk memberikan barang dagangan ini kepada para pedagang yang telah datang tadi malam, dan saya tidak senang membatalkan niat saya."

Bakar Abu Said juga berkata," Pada suatu hari Muhammad bin Ismail merasa terganggu ketika sedang sholat. Selesai sholat dia berkata kepada para sahabatnya," Lihatlah ini ! apa yang menggangguku di waktu sedang sholat.!",Maka mereka melihatnya, ternyata lalat penyengat telah menyengat sebanyak 17 tempat, akan tetapi dia tidak memutuskan sholatnya. Tatkala para sahabatnya menanyakan mengapa tidak memutuskan sholat sejak awal, dia menjawab," Karena saya sedang sholat, saya lebih suka untuk menyempurnakannya." Nasj bin Said berkata," Ketika awal malam bulan ramadhan, para sahabat Al Bukhori berkumpul bersamanya. Beliau sholat bersama mereka dengan membaca 20 ayat setiap rakaat. Setiap waktu sahur beliau membaca Al Qur'an lebih dari sepertiganya, dan menghatamkannya selama 3 hari juga pada waktu sahur. Jika pda waktu tersebut beliau tidak menghatamkan, maka beliau sempurnakan/selesaikan pada waktu iftar (bebuka puasa) sambil berdoa."
Muhammad bin Yusuf berkata," Pada suatu malam saya bersama Muhammad bin Ismail Al Bukhori di rumahnya. Saya menghitung dia bangun untuk menyalakan lampu lalu mudzakarah (menelaah) sesuatu ampai 18 kali, dan pada waktu sahur beliau melakukan sholat lain 13 rakaat dengan witir 1 rakaat."

Pujian Ulama kepadanya
Muhammad bin Abu Hatim mendengar Imam Al Bukhori berkata," Tatkala masuk ke kota Bashrah, saya bermajelis dengan Muhammad bin Basyar, ketika keluar majelis, dia melihatku. Dia bertanya kepadaku,"Darimana kamu wahai pemuda?", Maka akupun menjawab," dari penduduk Bukhara.". Bagaimana kamu justru meninggalkan Abu Abdillah Al Bukhori dan tidak belajar kepadanya?," keluhnya. Maka para Sahabat Muhammad bin Basyar berkata kepadanya,"Semoga engkau merahmati engkau. Dialah Abu Abdillah (Al Bukhori ) itu." lantas Muhammad bin Basyar memegang tanganku dan memelukku. Kemudian beliau berkata," Selamat atas kedatangan orang yang besar lagi mulai yang telah kami tunggu sejak dua tahun lalu."

Muhammad bin Ishaq berkata," Saya tidak melihat dibawah kolong langit ini yang lebih alim tentang hadits daripada Muhammad bin Ismail Abu Abdillah."
Abu Ja'far Abdullah bin Muhammad Al Ja'fi berkata," Muhammad bin Ismail dalah seorang imam. maka barangsiapa yang tidak menjadikannya sebagai imam, maka ia pantas untuk dicurigai."

Kedalaman Ilmu Haditsnya
Para ulama dari berbagai negeri seperti Bashrah, Syam, Hjaz, dan Kufah menaruh hormat kepada Al bukhori.

Pernah Imam Al Bukhori datang ke baghdad, dan kedatangannya didengar oleh para Ulama Ahlul Hadits, mereka berkumpul dan bersepakat untuk menguji Imam Bukhori dengan 100 hadits. Mereka membolak-balik matan (isi hadits) dan sanad (para periwayat hadits)nya. dan menyerahkan hadits yang sudah dibolak bailk tersebut kepada 10 orang, sehingga setiap orang mendapat jatah 10 hadits. Ketika hari yang sudah ditentukan untuk bermajelis telah tiba, datanglah para Ahli hadits baik dari Maghrib, Khurasan, Baghdad dan tempat lainnya. tatkala suasana majelis sudah nampak tenang, mulailah salah seorang dari 10 orang tadi menyampaikan hadits yang telah dibolak balikkan itu, dan setiap selesai membacakan satu hadits dia bertanya kepada Imam Al Bukhori tentag hadits tersebut, maka Imam Al Bukhori menjawab," Aku tidak tahu tentang hadits tersebut." lalu dibacakanlah lagi hadits berikutnya dan ditanyakan lagi kepadanya. Dia menjawab lagi "Tidak tahu." demikian sampai 10 hadits. para Ahli hadits yang hadir di majelis saling berpandangan satu sama lain dan berkata," Jawaban al Bukhori itu menunjukkan dia orang yang lemah dan sedikit hafalan serta pemahamannya." lalu mulailah orang kedua, ketiga, kempat sampai selesai 10 orang yang membacakan semua hadits yang dibolak balik tadi sehingga mencapai 100 hadits. dan setiap ditanya tentang hadits yang dibacakan kepadanya, Imam bukhori tetap menjawab," Saya tidak tahu hadits tersebut." Tidak lebih dari itu. Ketika Imam Bukhori mengetahui pembacaan hadits-hadits tersebut telah selesai, maka beliau menghadap kepada orang orang pertama yang membacakan hadits tadi dan berkata,"Adapun haditsmu yang pertama seperti itu maka yang benar begini, haditsmu yang kedua begitu, maka yang benar begini dan seterusnya sampai 10 hadits. Beliau mengembalikan matan dan sanad hadits yang telah dibolak balik sebagaimana semula. demikianlah yang diperbuat Imam Al Bukhori kepada 10 orang tersebut. Hingga manusia menetapkan kuatnya hafalan Imam Al Bukhori dan keutamaannya.

Majelis Imam Al Bukhori
Abu Ali Shalih bin Muhammad Al Bagdadi berkata bahwa ketika Muhammad bin Ismail menyampaikan hadits-haditsnya beberapa kali di baghdad, yang hadir pada setiap majelisnya lebih dari 20.000 orang. Perkataan serupa juga disampaikan Muhammad bin Yusuf.
Al Bukhori berkunjung ke Bashrah, dan berada di dalam Masjid jami', tatkala ada orang yang mengetahuinya, maka dia umumkan kedatangannya kepada penduduk Bashrah, mereka meminta kepadanya untuk membuah sebuah majelis ilmu. maka berkumpullah para penuntut ilmu termasuk orang-orang tua, para ahli fiqih, ahli hadits para huffazh hingga berjumlah ribuan orang, sehingga keluar ungkapan," Telah hadir pada hari ini Sayyidul fuqoha' (penghulu para ahli fiqih).

Hikmah
Abu Sa'id Bakar bin Munir berkata bahwa Al Amir (penguasa) Khalid bin AHmad Adz Dzuhli mengirim utusan ke Bukhara kepada Muhammad bin Ismail agar mengajarkan kitab jami', At tarikh dan seterusnya (secara privat), Maka Muhammad bin Ismail berkata kepada utusan tersebut,"Sesungguhnya kami tidak merendahkan ilmu, dan tidak mengajarkan kerumah-rumah. Jika engkau membutuhkan ilmu tersebut maka datanglah ke masjid saya atau rumah saya, jika tidak, engkau dalah penguasa, mampu melarang saya untuk bermajelis, sehingga saya memiliki udzur di hadapan Alloh Azza wa Jalla pada hari kiamat. Karena saya tidak akan menyembunyikan ilmu, sebab Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda," barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lantas dia menyembunyikannya maka dia akan dikekang dengan tali kekang dari neraka."

Imam Bukhori berkata,"Gerakan, suuara dan tulisan mereka adalah makhluq, adapaun Al Qur'an yang dibaca, yang tetap dalam mushaf yang tertulis dan yang terjaga (dihafal) dalam hati, maka itu adalah kalam Allah dan bukan makhluq, Alloh Azza wa Jalla berfirman," Sebenarnya, Al Qur'an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu," [QS Al Ankabut 49]
Ibrahim bin Muhammad setelah penyelenggaraan jenazah Muhammad bin ismail berkata bahwa Shahibul Qishar kemarin bertanya kepada Muhammad bin Ismail," Wahai Abu Abdillah, apa yang engkau katakan tentang Al Qur'an?' Beliau menjawab," Al Quran adalah kalamulloh bukan makhluq" Kemudian aku (Ibrahim bin Muhammad ) berkata," Manusia menyangka engkau mengatakan apa-apa yang terdapat dalam mushaf itu bukan Al Qur'an ! dan ayat-ayat yang berada di dalam dada-dada manusia juga bukan Al Qur'an." Maka beliau menjawab," Astaghfirrullah, engkau bersaksi terhadap sesuatu yang tidak kau dengar dariku. Maka aku katakan sebagaiman firman Alloh Azza wa Jalla ," Demi Thur dan demi kitab yang tertulis." [QS Ath Thur 1-2]

Wafat beliau
Abdul Wahin bin Adam berkata," Saya melihat Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam didalam mimpi bersama para sahabatnya. beliau berhenti/berdiri pada suatu tempat. Aku mengucapkan salam kepada beliau dan beliaupun menjawab salamnya. Aku bertanya," Mengapa berhenti disini wahai Rosululloh?." Beliau menjawab," Aku menunggu Muhammad bin Ismail Al Bukhori." , Setelah beberapa hari maka datanglah kabar tentang kematian Imam Al Bukhari, dan tatkala saya perhatikan waktu kematian beliau, ternyata tepat saat aku bermimpi bertemu dengan Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam .
Abul Hasan bin Salim berkata,"Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari meninggal pada malam sabtu malam idul fitri tahun 256 H."
Yahya bin Ja'far berkata," Seandainya saya mampu untuk menambah usia Muhammad bin Ismail Al Bukhori, maka akan saya lakukan. Karena kematianku adalah kematian seorang biasa, namun kematian Al Bukhori adalah hilangnya ilmu."

Maraji:
- Tarikh Al Baghdad, karya Al Khatib Al baghdadi
- Siyar A'lam An Nubala kaya Imam Adz Dzahabi

Kamis, 23 Juni 2011

SYUKUR BERTAMBAH, NIKMAT MELIMPAH

Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa suatu kali hujan turun di zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam. Lalu Nabi bersabda, ”Pagi ini, di antara manusia ada yang bersyukur, namun ada juga sebagian yang kufur. Mereka (yang bersyukur) berkata, ”Hujan ini adalah rahmat dari Allah.” Namun sebagian lagi (yang kufur) berkata, ”Memang benar (hujan turun karena) bintang ini dan bintang itu.” (HR Muslim)
Ada yang Syukur dan Ada yang Kufur
Meski kasus di atas terkait dengan hujan, namun kaidah ini berlaku untuk segela jenis nikmat yang Allah turunkan. Untuk setiap karunia yang Allah berikan, selalu menjadi ujian untuk memisahkan dua golongan, golongan orang yang bersyukur, dan golongan orang yang kufur.
Dikatakan kufur atas nikmat Allah, karena mereka mengalamatkan asal nikmat dan rejeki yang disandangnya kepada selain Allah. Bahwa rejeki datang karena kerja kerasnya, harta berlimpah karena kepiawaian dalam bisnisnya, atau karena semata-mata kondisi ekonomi sedang bagus-bagusnya. Apalagi jika mengalamatkan rejeki diperoleh berkat jimat, pertolongan leluhur, mendatangi dukun atau sesaji yang dilakukannya.
Sebagian lagi yang kurang, atau bahkan tidak bersyukur, mereka tidak peka atas nikmat yang tertuju kepadanya. Mereka tidak menyadari tiap nikmat yang melekat pada dirinya. Karena fokus pikirannya hanya tertuju pada apa-apa yang belum dimiliki.
Mereka  baru sadar, ketika nikmat itu dicabut atau hilang dari genggaman. Inilah karakter kebanyakan manusia sebagaimana yang difirmankan Allah,
”Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya” (QS al-’Adiyaat 6)
Imam Hasan al-Bashri  rahimahullah menyebutkan bahwa maksud ’lakanuud’ (sangat ingkar) adalah yang suka mengingat musibah, namun melupakan nikmat.” Saat musibah datang, atau ada sesuatu yang hilang darinya, maka seakan ia tak pernah memiliki apa-apa selain yang hilang itu. Maka bagaimana Allah akan memberikan nikmat tambahan jika mereka hanya memandang nikmat dengan sebelah mata? Bagaimana pula mereka akan bahagia jika mereka tak mampu mendeteksi segala nikmat yang disandangya? Begitulah siksa bagi orang yang kufur atas nikmat Allah di dunia, sebelum nantinya merasakan pedihnya siksa di akhirat.
Ikat Nikmat dengan Syukur
Berbanding terbalik dengan kufur nikmat. Begitu indahnya nikmat saat direspon dengan syukur. Sungguh kesyukuran itu bahkan lebih berharga nilainya dari nikmat yang disyukuri. Karena ia akan melahirkan banyak sekali buah dan faedah yang akan dirasakan nikmatnya dalam segala sisi, baik di dunia maupun di akhirat. Tidaklah mengherankan, jika target setan menggoda manusia dari segala arah adalah untuk menjauhkan manusia dari kesyukuran, Iblis berjanji,
”Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS al-A’raf 17)
Setan tidak ingin manusia mendapatkan faedah melimpah karena bersyukur. Karena orang yang bersyukur tak hanya terhindar dari siksa akhirat, tapi juga bisa mengenyam selaksa kebahagiaan di dunia.
Kebahagiaan akan terpancar di hati orang yang bersyukur. Tiada orang yang lebih berbahagia dan lebih optimis dari orang yang bersyukur. Syeikh Abdurrahman as-Sa’di menggambarkan kondisi hati orang yang bersyukur, “Orang yang bersyukur adalah orang yang paling bersih jiwanya, paling lapang dadanya, dan paling bahagia hatinya. Karena hati dipenuhi oleh pujian terhadap-Nya, merasakan hadirnya setiap nikmat-nikmat dari-Nya, dia pun bahagia lantaran bisa menikmati karunia dari-Nya. Lisannya senantiasa basah dengan ungkapan syukur dan dzikir kepada-Nya. Dan semua ini merupakan pondasi terwujudnya kehidupan yang baik, inti dari kenikmatan jiwa, dan rahasia diperolehnya segala kelezatan dan kegembiraan. Ketika hati menyadari dan mendeteksi hadirnya tambahan nikmat, maka harapan terhadap karunia Allah pun semakin bertambah dan menguat.”
Tatkala seorang hamba merasa senang, mengakui nikmat dari Allah dan mensyukurinya, maka Allah tak ingin mencabut nikmat itu darinya. Benarlah ungkapan para ulama bahwa asy-syukru qayyidun ni’am, syukur adalah pengikat nikmat. Dengannya, nikmat-nikmat yang tersandang menjadi langgeng dan lestari. Dan tak ada cara yang paling kuat untuk mempertahankan nikmat selain dari syukur.
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah menurunkan nikmat atas hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Jika ia tidak mensyukurinya, maka nikmat akan diganti dengan musibah. Karena itulah, syukur juga disebut dengan al-haafizh (penjaga), karena ia bisa menjaga nikmat yang telah ada. Syukur disebut juga dengan al-jaalib (yang mendatangkan), karena ia bisa mendatangkan nikmat yang belum di depan mata.”

Syukur bertambah, Nikmat Melimpah
Nikmat itu hadir karena syukur. Lalu syukur itu akan mengundang hadirnya tambahan nikmat. Tambahan nikmat akan terus diturunkan kepada seorang hamba, dan tidak akan berhenti hingga hamba itu sendiri yang menghentikan syukurnya kepada Allah. Begitulah kesimpulan cerdas dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Sesuai dengan kadar syukur seseorang, sebanyak itu pula tambahan nikmat akan tercurah kepadanya. Tatkala menafsirkan firman Allah,
“dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran 145)
Ibnu Katsier rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah Kami akan menurunkan karunia dan rahmat Kami di dunia dan di akhirat sesuai dengan kadar syukur dan amal perbuatannya.” Mereka akan mendapatkan karunia tersebut, dan tak akan terkurangi sedikitpun. Ketika seorang mukmin bersyukur dengan menjalankan ketaatan, maka Allah akan memberikan balasan kepadanya sesuai dengan kadar syukurnya. Hal ini dikuatkan dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا فِى الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِى الآخِرَةِ
Sesungguhnya Allah tidak akan menzhalimi atas satu kebaikan seorang mukmin, Allah akan memberikan imbalan di dunia, dan memberinya pahala di akhirat.” (HR Muslim)
Namun hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang diberi kemudahan dalam memperoleh harta, atau rejeki datang silih berganti itu selalu diartikan sebagai tambahan karunia. Ada kalanya kemudahan melimpah itu sebagai istidraj, Allah hendak membiarkan mereka bersenang-senang sementara hingga nantinya akan disiksa secara tiba-tiba. Maka hendaknya seorang mukmin segera mawas diri, apakah dia sedang berada dalam taat, ataukah maksiat, sehingga bisa dibedakan, apakah kenikmatan itu berupa karunia atukah istidraj.  Nabi saw bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
”Jika kamu mendapatkan Allah memberikan kemudahan dunia kepada seorang hamba sementara ia bergelimang dengan maksiat sesukanya, maka itu hanyalah istidraj.” (HR Ahmad)
Untuk merealisasikan syukur yang dengannya akan mengundang tambahan karunia, hendaknya kita senantiasa mengingat, merenungi dan mencari-cari kenikmatan yang sudah kita miliki. Dengan cara seperti itu, kita pun akan merasakan nikmatnya karunia, untuk kemudian bersyukur kepada Dzat yang telah memberikan karunia.
Inilah yang sering dilakukan oleh para ulama. Seperti Fudhail bin Iyadh dan Sufyan bin Uyainah, keduanya duduk bersama di malam hari untuk saling mengingatkan nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada keduanya. Sufyan mengatakan, ”Allah telah menganugerahkan kepada kita ini dan itu, Dia telah menolong kita tatkala ini dan itu..” Begitupun halnya dengan Fudhail.
Maka barangsiapa yang ingin diberi tamhahan nikmat, baik dalam hal ilmu, harta, keharmonisan rumah tangga dan segala kemaslahatan yang lain, maka hendaknya mengingat nikmat, lalu mensyukuri dengan lisan dan menggunakan nikmat untuk ketaatan. Karena Allah tidak pernah ingkar janji dengan firman-Nya,
Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS al-Maidah 7)
Sebagaimana Allah juga tidak akan mengingkari janji-Nya,
{مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ ( النساء :147(
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?” (QS an-Nisa’ 147)
Qatadah mengatakan, “yakni Allah tidak akan menyiksa orang yang bersyukur dan beriman.” Allahumma a’inna ‘alaa dzikri-Ka wa syukri-Ka wa husni ‘ibaadati-Ka, ya Allah bantulah kami untuk senantiasa berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbagus ibadahku kepada-Mu. Amiin. (Abu Umar Abdillah)
Posted in Abu Umar Abdillah,

Hormat Bendera, Kewajiban dan Kebatilan?

Hormat Bendera, Kewajiban dan Kebatilan?
Dua sekolah di wilayah Kabupaten Karanganyar (yakni SMP Al Irsyad Al Islamiyah di Tawangmangu dan sekolah SD Ist Al Albani, Matesi, Jawa Tengah) diduga enggan melakukan penghormatan kepada bendera merah putih. Pihaknya sekolah beralasan, menghormat bendera berarti menyamakan dengan menyembah Tuhan.
Mendapat laporan tersebut Bupati Karanganyar, Rina Iriani menyatakan akan menindaklanjutinya. Jika memang nantinya terbukti, maka pihak pemerintah kabupaten (pemkab) setempat akan memberikan sanksi bahkan tidak menutup kemungkinan dua sekolah itu bakal ditutup karena dianggap menyimpang dan makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lebih lanjut bupati yang juga tersangkut kasus dugaan korupsi Perumahan Griya Lawu Asri (GLA) dan sedang ditangani Kejaksaan Tinggi jateng ini mengatakan sebagaimana dikutip news.okezone.com, “Saya katakan NKRI adalah harga mati. Kalau sudah tidak menghormati bendera, tidak mau membaca Pancasila dan UUD 45, dan tidak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya, ini apa? Mau dibawa kemana anak-anak kita?” kata Rina kepada wartawan, Senin (7/6/2011).
Sebenaranya hal ini (masalah hormat bendera) hanyalah penegasan sikap penguasa terhadap sikap rakyatnya yang tidak mau menghormat bendera. Sebelumnya penryataan salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kebudayaan, KH Cholil Ridwan, yang berpendapat jika menghormati bendera adalah haram hukumnya, lumayan memicu kehebohan dan tanggapan berbagai pakar yang merasa dirinya nasionalis dan patriotis.

Menurut ustadz Cholil seperti yang dilansir dalam tanya jawab yang dipublikasikan Majalah Suara Islam: Mengenai hukum menghormati bendera, sejumlah ulama Saudi Arabia yang bernaung dalam Lembaga Tetap Pengkajian Ilmiah dan Riset Fatwa (Lajnah ad Daimah li al Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Ifta) telah mengeluarkan fatwa dengan judul ‘Hukum Menyanyikan Lagu Kebangsaan dan Hormat Bendera’, tertanggal 26 Desember 2003.
Tentu saja orang-orang yang merasa dirinya nasionalis geram dengan fatwa semacam ini, dianggapnya hal ini penghinaan dan bukti ketidakcintaan pada negara. sebagaimana yang dilakukan aparat keamanan yang buru-buru memeriksa para aktifis PKS yang dianggap menginjak-injak kain berwarna merah putih dalam suatu acara (bandingkan dengan perlakuan aparat terhadap para personel Band Dewa 19 yang jelas-jelas menginjak kain bermotifkan lafadz kaligrafi Allah-mereka sama sekali tidak ditindak).

Lebih aneh lagi sikap sebagian orang yang mengaku ulama kaum muslimin agar disebut moderat mereka buru-buru mengatakan bahwa menghormat bendera tidak sama dengan menyembah bendera, okelah jika itu memang itu benar karena kita juga tidak mengatakan bahwa semua orang yang menghormat bendera sama dengan syirik, sebab fatwa itu juga hanya menyebutkan bahwa menghormati bendera merupakan sarana menuju kesyirikan, hanya sarana atau alat, belum tentu sampai, tergantung niatnya, sebagaimana kata para ulama penghormat bendera.namun bukanlah lebih selamat jika kita menghindari jalan yang menuju kesyirikan, sebagaimana kita menghindari jalan yang menuju jurang?

Jika mereka mengatakan tidak semua hormat bendera itu syirik,toh kita juga boleh mengatakan bahwa tidak menghorat bendera juga tidak berarti tidak cinta tanah air dan kurang patriotis. malulah kita dengan Tengku Abdul Jalil atau Kyai Zainal Mustofa yang syahid melawan Jepang, hanya "gara-gara'tidak mau membungkuk badan ke arah timur, yang mereka anggap penghormatan itu sebagai ibadah. Jika dianggap terlalu jauh, bolehlah bandingkan, siapa yang paling berani menentang infiltrasi asing seperti Amerika,juga Israel ke Indonesia? apakah para nasionalis yang sembunyi di Singapura setelah menilep duit rakyat ataukah para dai dan mujahid Islam yang sering mereka sebut fundamentalis, bahkan teroris.

Rasanya kutipan seorang kawan ini cukup menyentil hati yang masih sehat dan akal yang masih berfungsi, " Hormat bukan berarti menyembah=iya betul! tapi tidak hormat bendera bukan berarti juga tidak patriotisme dan cinta tanah air…!

Hormat bendera bagi saya adalah sia-sia dan pekerjaan mubazir…ngapain hormat ke benda mati! beda kalo saya menghormati Presidan, Menteri, Gubernur bahkan Pak RT sekalipun…. saya sangat hormat kepada mereka! tapi hormat saya kepada mereka juga bukan disimbolkan dengan gerakan hormat! berapa banyak orang yg melakukan gerakan hormat tapi nyatanya mereka adalah para koruptor di lembaga2 negara yg dihormati!

http://www.muslimdaily.net/features/7706/hormat-benderakewajiban-dan-kebatilan

Akhir-Akhir ini...

Akhir-akhir ini kita merasakan panasnya kembali serangan terhadap dakwah islam...tuduhan ekstrim,fondamentalis,back to pancasila, sering menghiasi dialog2 dimedia saat ini...sekedar share aja,mungkin perna liat buku diatas "Sejarah Berdara Sekte Salafi Wahabi"...buku ini baru dirilis di 2011, dan sampai saat ini sudah cetakan ke 7...dari bedah buku ust ridwan hamidi dan beberapa tokoh di litbang Depag Pusat mengatakan bahwa buku sangat tidak ilmiah,banyak data2 yang salah,dan penulis tidak paham terhadap masalah syariat/islam...yang jelas buku ini berisi Copi paste artikel2 dan informasi dari web yang ada menghiasi dakwah salaf selama ini,menyebutkan berbagai tokoh2 salafi diluar negeri, maupun di indonesia...termasuk beliau Ust Ridwan Hamidi dan Wahdah Islamiyah...

akhirnya ana simpulkan tapi ini bukan sebuah suudzhon dari ana, bahwa disekitar kita mungkin begitu banyak orang yang hasad dan ingin menghancurkan dakwah salaf yang haq ini...TAPI mari kita tunjukkan kepada DUNIA bahwa SALAF adalah yang terbaik...mulai dari yang kecil ..dirikita,keluarga, masyarakat, dan Bangsa Ini....Be Totally With SALAF

Manusia Seperti Buku

Manusia seperti sebuah buku..
Cover depan adalah tanggal lahir..
Cover belakang adalah tanggal kematian…
...Tiap lembarnya adalah tiap-tiap hari dalam hidup kita dan apa yg kita lakukan…
Ada buku yg tebal, ada buku yg tipis…
Ada buku yg menarik dibaca…
Ada yg tidak sama sekali menarik dibaca…
Sekali menulis, tidak akan pernah berhenti sampai selesai….

Yang hebatnya, seburuk apapun halaman sebelumnya…..
Selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat…
Sama dengan hidup kita,
seburuk apapun hari kemarin,
Allah selalu menyediakan hari yang baru untuk kita…
Kita selalu diberi kesempatan yang baru,
Untuk melakukan sesuatu yang benar dalam hidup kita setiap harinya,
memperbaiki kesalahan kita,
Dan melanjutkan alur cerita yg sudah ditetapkanNya untuk kita masing-masing….
Dengan mengenal lebih dekat Teladan terbaik dimuka bumi, Muhammad ibni Abdillah ‘alaihi sholatu wassalam…

Terima kasih Robbuna jalla wa ‘ala untuk hari yan? baru ini… Nikmatilah dan isilah halaman buku kehidupanmu dgn hal-hal yang benar….

Dan jangan lupa, untuk selalu bertanya kepada Allah, tentang apa yg harus ditulis tiap-tiap harinya…
Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupanmu selesai, engkau didapati sebagai pribadi yang di ridhoiNya….
Dan buku kehidupanmu layak untuk dijadikan teladan bagi anak cucumu….
Selamat menulis di buku kehidupanmu, dengan tinta cinta dan pena kebijakan…. Selamat beraktifitas ….
Semoga Allah memudahkan semuannya untuk kita pada hari ini dan selanjutnya…..

repost from : Sang pencerah : http://www.facebook.com/khalis.habibullah